Kemajuan teknologi
yang dicapai manusia telah demikian hebatnya, dengan mudahnya manusia dapat
mengendalikan berbagai macam urusan hanya menggunakan perangkat yang
bernama komputer,
dan bahkan antariksa pun mulai dijamah, untuk itu ummat islam perlu untuk
meningkatkan keahlian dibidang iptek yang ilmiah teknologis, serta pemahaman
terhadap agama yang menyeluruh dan ilmiah teknologis, tidak dogmatis dan tidak
terbuai oleh kejayaan massa lampau (apologetik), atau bangga menjadi
konsumen/pemakai kehebatan teknologi yang instan dan semakin sekularistik.
Pengaruh Alqur’an
terhadap manusia begitu dasyat dan mengagumkan, serta mempengaruhi perkembangan
peradaban, kehidupan bermasyarakat dari dunia sampai akhirat, karena ilmiahnya
pun tak ada tolak bandingannya akan tingginya.
Di zaman teknologi
modern yang telah memuncak, sudah waktunya Islam yang mengandung unsur energi
ketuhanan yang maha dasyat wajib dijabarkan dan diuraikan pula secara teknis
ilmiah, dan harus mampu pula menonjolkan maha kesuperioran dari Ketuhanan itu
sendiri. Ilmu tuhan adalah maha superior, maha unggul dan harus mampu berada di
atas segala ilmu alam apa saja pun, tidak mungkin ilmu tuhan kalah dengan ilmu
alam yang diciptakannya sendiri.
Suatu kenyataan memang
tak dapat dipungkiri bahwa agama masih dianut secara tradisional dan dogmatis,
yang kalaupun ada pengupasan secara ilmiah adalah hanya pada bidang sosial,
humaniora atau falsafahnya saja, karenanya sudah jelas agama akan jauh
ditinggalkanan dan akhirnya tidak akan diperdulikan sama sekakli, bila agama
telah tidak diperdulikan dan tidak dipercayai lagi maka agama hanya menjadi
sekedar sebuah kebudayaan, dan akhirnya akan datanglah kehancurannya tergilas
perubahan zaman.
Telah
bermilyar-milyar dana dikeluarkan untuk berdakwah guna mengimbangi proses di
atas, namun tampak sisa-sia belaka; demoralisasi akhlak jalan terus, iman terus
mundur, amanah semakin rusak, silaturakhiim dan kasih sayang sesama muslim
semakin merosot, peperangan sesama ummat
muslim berkecamuk, semua urusan diatur dan dinilai atas ukuran materi,
dan kedudujkan/jabatan/kekuasaan.
Melihat kenyataan
ini disadari bahwa pendidikan agama di sekolah, perguruan tinggi, dan
masyarakat yang hanya menitik beratkan pada fiqih saja hanya menembus otak dan
alam sadarnya, tertapi tidak mampu menembus alam di atas dan di bawah sadar hingga ke qolbu. Jadi bila ajaran
tersebut tidak tembus hingga qolbunya maka kondisi lahiriahnya baik pikiran,
ucapan dan trindakan/tingkah laku, serta
semua ibadat yang dilakukan tidak akan sempurna meskipun ia telah dijejali
dengan ilmu-ilmu agama (islamologi).
Hadist
Qudsi:
Artinya:
Tidak dapat memuat zat-ku bumi dan
langit-ku (yang membawa asma-ku dan kalimah-ku), melainkan yang dapat
menerimanya adalah hati hambaku yang mukmin, suci, lunak, dan tenang (suci) (HR. Abu Daud)
Sabda rasulullah SAW:
Artinya:
Sesungguhnya dalam jasad bani Adam ada
segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, dan apabila ia
rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah ia adalah hati (Ruh).
ADZAN SEBAGAI PENGANTAR ALQURAN DAN KEJAYAAN UMMAT
Kemajuan ummat adalah keharusan yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana senantiasa kita dengarkan setiap hari
perintah itu selalu dikumandangkan diseluruh penjuru dimanapun tempat
keberadaan ummat, yang diserukan lima
kali/waktu sehari semalam melalui adzan.
Dari sini jelaslah bahwa modernisasi, kemenangan, dan kejayaan adalah mutlak
untuk dimiliki/didapatkan oleh ummat muslim.
Dalam redaksional
adzan yang kelima pada kalimat Hayya’alalfalaqh,
jelas dan tegas sebuah perintah bagi semua ummat muslim untuk menggapai
kejayaan dimanapun, dan kapanpun ia berada, tidak terbatas oleh ruang dan waktu
(dunia dan akhirat). Akan tetapi dalam upaya untuk itu maka ummat terlebih dahulu
mesti senantiasa wajib mengahadap kepada Allah lima waktu sehari semalam
(melalui sholat), inilah sebabnya sholat disebut sebagai mi’rajnya orang yang
mukmin, sesuai dengan janji Allah bahwa Sholat itu (sholat yang khusuk) dapat
memberikan kemenangan (duina dan
akhirat), karena ia mampu mencegah perbuatan yang keji dan munkar.
Dalam rangka upaya
menunaikan sholat yang khusuk jelas pula tergambar dalam sistematika adzan
bahwa sebelum perintah sholat, terlebih dahulu diawali dengan mengimani sekaligus harus didapatkan yaitu unsur
Muhammad (rohani Muhammad) sebagai rasulullah (kekasih Allah) yang lebih dahulu
diciptakan-Nya sebelum Adam diciptakan. Setelah itu kalimah tauhid (ALLAH) ini
dipatrikan di dalam hati sanubari (rohani/qolbu), yang berintikan pengakuan
terhadap keagungan dan keesaan Allah. Kejayaan tersebut akan lebih mudah dan
cepat tercapai bila ummat senantiasa bersatu padu, bergotong royong, saling
ingat mengingatkan dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Akan tetapi suasana/keadaan ini hanya dapat
terwujut bila didasari oleh persamaan aqidah tauhid keIslaman (Tiada Tuhan
Selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah), bukan atas dasar kepentingan
duniawi yang hanya sesaat.
Selanjutnya kita
lihat kalimat pembuka dan penutup adzan yang berintikan kebesaran dan keesaan
ALLAH, memberikan pengertian bahwa untuk dapat mengagapai kejayaan itu ummat
muslim haruslah senantiasa ISTIQOMAH dalam
mengagungkan kalimah ALLAH, yaitu dari awal hingga akhir hidupnya (kiamat),
karena dengan senantiasa mengikut sertakan
kalimah Allah dengan unsur Muhammad di dalam rohani/qolbu kita, berarti
bahwa kita senantiasa bersama dengan–Nya. Bila kita senantiasa bersama
dengan–Nya berarti kita pun senantiasa dalam lindungan-Nya, sekaligus
mendapatkan rahmat dan barrokah-Nya. Amin
Kekuatan dasar organisasi berada di individu anggotanya,
begitu pula dengan ummat, karena itu langkah paling mendasar untuk membagun
kejayaan ummat adalah dengan membangun kwalitas inidvidu yang dapat memenuhi
tuntutan bagan di atas.
BAGAIMANA ?
Bila di
dinyatakan individu sebagai kunci, maka apa yang mesti dibina pada sosok
individu ?
Firman Allah:
Artinya:
Sesungguhnya bagimu sudah ada pada
diri rasulullah ikutan yang baik (pemimpin diri jasmani dan rohani), yaitu bagi
orang-orang yang mengharap (ridho) Allah dan hari kemudian, dan bagi orang yang
banyak mengingat Allah (dzikir) (Qs.Al-Ahzab, ayat 21).
v Tidaklah diutus nabi Muhammad itu, melainkan untuk membenahi akhlak.
v Senjata/nuklir yang berbahaya bisa jadi bermanpaat bila berada ditangan
orang yang berakhlak.
v Hukum dan manajemen yang lemah bisa menjadi kuat bila dikuasai oleh orang
yang berakhlak.
Konklusi :
Akhlak adalah pondasi dasar yang mesti
dibangun di dalam tiap individu kader, karena itu akhlak harus jadi target
utama dalam setiap aktivitas.
Firman Allah:
Artinya:
Kami perlihatkan kepada mereka
ayat-ayat kami (tanda-tanda kekuasaan kami) di segenap ufuk dan pada diri
mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alqur’an itu adalah benar.
Dan apakah tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya ia menyaksikan
segala sesuatu (Qs. Fushshilat, ayat 53).
v Muhammad
awalnya tidak tahu apa-apa, lalu ia dibimbing oleh malaikat Jibril yang
langsung ditugaskan oleh Allah SWT
v Bayi
awalnya pun tidak tahu apa-apa, lalu dididik dan dibimbinng dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat
v Latihan
dan pengalaman syarat utama keberhasilan yang baik
Konklusi :
Pembinaan dan pembimbingan mutlak
dilakukan untuk membangun individu yang berakhlak mulia, pembinaan bisa secara langsung bertatap muka
(fis to fis) ataupun melalui buku-buku (reading books).
Sabda Rasulullah
SAW:
Artinya:
Islam adalah sangat tinggi dan tidak
ada yang melebihinya (HR. Bukhari)
Islam adalah Ilmiah dan amaliah (HR.
Bukhari)
v Selagi
kita masih hidup, kita harus mematuhi hukum agama, dan hukum masyarakat
v Konsepsi
pendidikan yang diajarkan nabi adalah dari ayunan hingga akhir hayat, atau
dikenal dengan istilah long life
education.
v Batu bisa bisa berlubang bila dijatuhi tetesan air hujan terus menerus
v Besi yang berkarat, hitam, dan tebal bisa menjadi parang yang tajam bila
diasah secara terus menerus(kontinyu).
Konklusi :
Semua aktivitas/pembinaan mestilah
dilakukan dengan istiqomah/terus menerus/berkelanjutan dengan melalui beberapa
tahapan sebagai bagian dari proses, sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
Firman Allah:
Artinya:
Dan banyak sekali ayat-ayat
(tanda-tanda kebesaran Allah/kekuasaan Allah yang dituliskan-Nya) di langit dan
di bumi sedang mereka lalu lalang di atasnya tetapi mereka berpaling dari padanya
(tidak mau merisetnya) (Qs.Yusuf, ayat 105).
v Ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menjelaskan fakta dan memecahkan
permasalahan didapat dengan penelitian yang panjang, melalui metode tertentu
v Pengukuran jarak supaya objektif harus menggunakan satuan panjang, mengukur
panas dengan satuan suhu, mengukur berat dengan satuan massa.
v Berbicara menggunakan mulut, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata
Konklusi:
Apapun yang dilakukan untuk dapat
menghasilkan sesuata yang baik harus dilakukan dengan prosedur yang tepat,
kesesuaian antara alat dan pungsi sangat menentukan kwalitas keberhasilan yang
efektif.
SELANJUTNYA … ?
MANUSIA
Maka setelah aku sempurnakan dia dan
aku tiupkan di dalamnya sebagian ruh–Ku, rebahkanlah dirimu bersujud kepadanya
(Qs. Al-Hijjir, ayat 29) (Sujud pada
Ruh-Ku yang telah kutiupkan pada khalipah-Ku Adam, jadi bukan sujud pada sang
Adam).
v Secara
general semua orang menyatakan bahwa manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani, kalau begitu adanya bagaimanakah korelasi hubungan antara
kedua penyusun individu manusia tersebut ?
Atas dasar teori general
kedokteran menyatakan bahwa, manusia dalam mengendalikan aktivitas fisik
tubuhnya (panca indera) adalah dengan urat syaraf, pusat pengendalian syaraf
berada di otak, kemudian muncullah beberapa pertanyaan:
Apakah
perbedaan mendasar antara orang yang hidup dalam keadaan sadar dengan orang
yang sedang pingsan, dan atau orang yang meninggal dikaitkan dengan dua faktor
penyusun individu manusia (jasmani dan rohani) ?
Firman Allah:
Artinya:
Hai nafsu (jiwa) yang tenang (suci),
kembalilah kamu kepada tuhan-mu, degan (hati) ridha dan diridah-I (Tuhan), maka
masuklah kamu dalam golongan hamba-hamba-ku. Masuklah kamu ke dalam syorga-ku
(Qs. Al-Fajr, ayat 27-30).
Beruntunglah orang yang suci hatinya
(disucikan oleh DZIKIRULLAH)
(Qs. Al-A’laa, ayat
14)
Barang siapa buta hatinya di dunia ini
niscaya buta juga di akhirat nanti, bahkan sesat jalanya lagi (Qs. Al-Hijjir,
ayat 45).
KEMAMPUAN /
PENYUSUN
|
MANUSIA
SADAR
|
MANUSIA PINGSAN
|
MANUSIA MENINGGAL
|
OTAK
|
ADA
|
ADA
|
ADA
|
SUSUNAN SYARAF
|
ADA
|
ADA
|
ADA
|
PANCA INDERA
|
ADA
|
ADA
|
ADA
|
BERNAFAS
|
ADA
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
SIRKULASI DARAH
|
ADA
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
MENDENGAR
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
TIDAK ADA
|
MELIHAT
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
TIDAK ADA
|
BERBICARA
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
TIDAK ADA
|
MENCIUM BAU
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
TIDAK ADA
|
AKTIVITAS LAINNYA
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
TIDAK ADA
|
ROHANI
|
ADA
|
ADA
|
TIDAK ADA
|
Sabda rasulullah SAW:
Artinya:
Sesungguhnya dalam jasad bani Adam ada
segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, dan apabila ia
rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah ia adalah hati (Ruh).
Firman Allah:
Artinya:
Bukanlah buta mata-mata dikepala
mereka, tetapi buta mata-mata hati di dalam dada mereka (Qs. Al-Hajj. Ayat 46).
Dari uraian secara
general ilmu kedokteran bahwa pengendali manusia itu ada di otak (pusat urat
syaraf), orang yang mati ternyata
struktur fisiknya tidak berbeda sama sekali dengan orang yang pingsan, dan atau
yang sadar.
Kalau
begitu adanya mengapa ada perbedaan kemampuan dalam menggunakan fungsi panca
indera dari masing-masing kondisi individu tersebut ?
Jawabnya adalah
karena adanya dimensi yang lebih tinggi yang mempengaruhi kerja otak
yaitu rohani. Jadi rohani adalah unsur
pengendali utama setiap aktivitas manusia, rohani memiliki korelasi yang erat
dengan qolbu atau dikenal
dengan istilah hati nurani.
Jasmani atau fisik senantiasa
kita rawat/pelihara agar terhindar dari kejahatan dan kecelakaan supaya tetap
sehat dan sejahtera. Jasmani kita beri makan, minum, dibersihkan (mandi),
bahkan belajar ilmu bela diri untuk meningkatkan rasa aman , kalau begitu bagaimana
dengan rohani/qolbu kita ? pernakah kita berusaha memelihara rohani
kita, dan dengan apa (metode apa) pula kita membersihkannya ?
Firman Allah:
Artinya:
Dan kami turunkan dari Alqur’an
sesuatu yang menjadi penawar/obat (bagi segala macam penyakit) dan rahmat/petunjuk
bagi orang-orang yang beriman.
Sabda Rassulullah
SAW:
Artinya:
Lazimkan oleh mu memakai dua macam
penawar/obat (yaitu) madu dan Alqur’an
(HR. Ibnu Majah)
v Membersihkan
debu bisa dengan air, tapi membersihkan karat perlu minyak
v Kerbau
mengkonsumsi rerumputan, ular mengkonsumsi daging
Konklusi :
Rohani memiliki karakteristik atau dimensi yang berbeda
dengan jasmani, jadi tentunya pemeliharaan jasmani berbeda dengan pemeliharaan
rohani/qolbu.
Hadist
Qudsi:
Artinya:
Tidak dapat memuat zat-ku bumi dan
langit-ku (yang membawa asma-ku dan kalimah-ku), melainkan yang dapat
menerimanya adalah hati hambaku yang mukmin, suci, lunak, dan tenang (suci) (HR. Abu Daud)
Tidak
jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang mungkin telah
memiliki basis agama yang kelihatannya cukup kuat bila dipandang dari sisi
pendidikan agama yang telah ia lewati (gelar kesarjanaannya), ataupun dipandang
dari kedudukan sosial keagamannya (kyai/haji), ataupun juga dipandang dari sisi
lain yang secara kasat mata duniawi berada pada lingkaran status sosial yang
relatif terhormat, akan tetapi ternyata kelakuan sikap dan prilakunya masih
sering (secara sadar atau tidak sadar) melakukan perbuatan yang jauh bertolak
belakang dengan status sosial keagamaan yang dimilikinya, misalnya masih suka
berjudi, bermain wanita, memakan harta anak yatim, berkorupsi uang rakyat
kecil, menumpuk harta tanpa mau sedekah, dan macam-macam tingkah lainnya.
Dari rangkaian
eksplorasi di atas memunculkan pertanyaan bahwa mengapa hal itu dapat terjadi ?
Pada hal ia adalah sarjana agama yang juga telah mendapatkan gelar Haji.
Jawabanya adalah karena dimensi
rohani lebih tinggi dari pada jasmani (otak) yang berarti bahwa rohani sebagai
unsur pengendali utama manusia, maka berarti selama rohani belum tersentuh oleh
pembersihan/pembinaan/pembimbingan (pembersihan/pembinaan/ pembimbingan hanya
sebatas otak) tentulah selama itu pula individu berada dalam kelabilan. Dalam
posisi ini berarti rohani belum bersih, akibatnya kontrol utama pengendalian
dari rohani pun tidak baik, sebab telah terjadi penyimpangan program
pengendalian dari garis ketetapan hakikat penciptaan manusia yang sempurna
sebagai hamba dari sang pencipta yang maha segala-galanya.
Secara eksakta dapat kita lihat dari perhitungan berupa :
v Nilai positif disandingkan dengan nilai negatif maka hasilnya adalah
negatif
v Angka + bersanding dengan angka – hasilnya sama dengan – , atau + x - = -
v Walaupun semua kelengkapan dan peralatan kendaraan/mobil sudah baik, tetapi
apabila ternyata simtim pengendaliannya atau stirnya tidak baik, maka jalannya
laju kendaraan/ mobil itu pastilah tidak baik pula.
konklusi:
Bila rohani dalam keadaan kotor (tidak
baik) mengendalikan otak yang bersih (baik) maka hasilnya tetap saja kotor
(tidak baik), karena rohani adalah pengendali utama individu manusia. Untuk itu
kedua hal ini (pengendali dan yang dikendalikan) mestilah sama-sama positif
(baik) agar hasilnya baik pula.
METODE APA ? DAN BAGAIMANA ?
CARA MEMBERSIHKAN ROHANI MANUSIA
Firman Allah:
Artinya:
Alqur’an tidak dapat disentuh (tidak
dapat dimanpaatkan, tidak dapat berjaya) kecuali bagi orang yang disucikan
(zahirnya dan batinnya/jasmaninya dan rohaninya) (Qs. Al-Waqiah, ayat 79).
v Yang
paling mengetahui kelemahan dan kekuatan sebuah benda adalah yang
menciptakan/membuat benda itu ada, dimuat dalam buku petunjuk pemakaian
v Yang
paling mengetahui peluang dan tantangan sebuah kegiatan adalah orang yang
menjalankannya/melaksanakannya, dimuat dalam buku laporan kemajuan kegiatan
v Yang
paling mengetahui asam dan atau manisnya mangga adalah orang yang
mencicipi/menikmatinya, diungkapkan secara lisan dan tertulis (buku)
Konklusi:
Yang paling mengerti tentang manusia
adalah sang penciptanya yaitu Allah SWT,
Ia memberikan petunjuk/bimbingan melalui bukunya/kitab-Nya dan rosul-Nya
yaitu ALQUR’AN dan
HADIST, jadi jawaban untuk pertanyaan di atas ada pada ALQUR’AN dan HADIST,
yaitu dengan BERZIKIR pada Allah, dengan terlebih dahulu menggabungkan rohani
kita dengan rohani rasulullah, untuk itu perlu suatu metode.
0 komentar:
Posting Komentar