Selasa, 18 Februari 2014





Kemajuan teknologi yang dicapai manusia telah demikian hebatnya, dengan mudahnya manusia dapat mengendalikan berbagai macam urusan hanya menggunakan perangkat yang
bernama komputer, dan bahkan antariksa pun mulai dijamah, untuk itu ummat islam perlu untuk meningkatkan keahlian dibidang iptek yang ilmiah teknologis, serta pemahaman terhadap agama yang menyeluruh dan ilmiah teknologis, tidak dogmatis dan tidak terbuai oleh kejayaan massa lampau (apologetik), atau bangga menjadi konsumen/pemakai kehebatan teknologi yang instan dan semakin sekularistik.

Pengaruh Alqur’an terhadap manusia begitu dasyat dan mengagumkan, serta mempengaruhi perkembangan peradaban, kehidupan bermasyarakat dari dunia sampai akhirat, karena ilmiahnya pun tak ada tolak bandingannya akan tingginya.

Di zaman teknologi modern yang telah memuncak, sudah waktunya Islam yang mengandung unsur energi ketuhanan yang maha dasyat wajib dijabarkan dan diuraikan pula secara teknis ilmiah, dan harus mampu pula menonjolkan maha kesuperioran dari Ketuhanan itu sendiri. Ilmu tuhan adalah maha superior, maha unggul dan harus mampu berada di atas segala ilmu alam apa saja pun, tidak mungkin ilmu tuhan kalah dengan ilmu alam yang diciptakannya sendiri.

Suatu kenyataan memang tak dapat dipungkiri bahwa agama masih dianut secara tradisional dan dogmatis, yang kalaupun ada pengupasan secara ilmiah adalah hanya pada bidang sosial, humaniora atau falsafahnya saja, karenanya sudah jelas agama akan jauh ditinggalkanan  dan akhirnya tidak  akan diperdulikan sama sekakli, bila agama telah tidak diperdulikan dan tidak dipercayai lagi maka agama hanya menjadi sekedar sebuah kebudayaan, dan akhirnya akan datanglah kehancurannya tergilas perubahan zaman.

Telah bermilyar-milyar dana dikeluarkan untuk berdakwah guna mengimbangi proses di atas, namun tampak sisa-sia belaka; demoralisasi akhlak jalan terus, iman terus mundur, amanah semakin rusak, silaturakhiim dan kasih sayang sesama muslim semakin merosot, peperangan sesama ummat  muslim berkecamuk, semua urusan diatur dan dinilai atas ukuran materi, dan kedudujkan/jabatan/kekuasaan.

Melihat kenyataan ini disadari bahwa pendidikan agama di sekolah, perguruan tinggi, dan masyarakat yang hanya menitik beratkan pada fiqih saja hanya menembus otak dan alam sadarnya, tertapi tidak mampu menembus alam di atas dan di bawah sadar hingga ke qolbu. Jadi bila ajaran tersebut tidak tembus hingga qolbunya maka kondisi lahiriahnya baik pikiran, ucapan  dan trindakan/tingkah laku, serta semua ibadat yang dilakukan tidak akan sempurna meskipun ia telah dijejali dengan ilmu-ilmu agama (islamologi).

Hadist Qudsi:
Artinya:
          Tidak dapat memuat zat-ku bumi dan langit-ku (yang membawa asma-ku dan kalimah-ku), melainkan yang dapat menerimanya adalah hati hambaku yang mukmin, suci, lunak, dan tenang  (suci) (HR. Abu Daud)

Sabda rasulullah SAW:
Artinya:
          Sesungguhnya dalam jasad bani Adam ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, dan apabila ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah ia adalah hati (Ruh).

ADZAN SEBAGAI PENGANTAR ALQURAN DAN KEJAYAAN UMMAT

Kemajuan  ummat adalah keharusan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana senantiasa kita dengarkan setiap hari perintah itu selalu dikumandangkan diseluruh penjuru dimanapun tempat keberadaan ummat, yang diserukan lima kali/waktu sehari semalam melalui adzan. Dari sini jelaslah bahwa modernisasi, kemenangan, dan kejayaan adalah mutlak untuk dimiliki/didapatkan oleh ummat muslim.
Dalam redaksional adzan yang kelima pada kalimat Hayya’alalfalaqh, jelas dan tegas sebuah perintah bagi semua ummat muslim untuk menggapai kejayaan dimanapun, dan kapanpun ia berada, tidak terbatas oleh ruang dan waktu (dunia dan akhirat). Akan tetapi dalam upaya untuk itu maka ummat terlebih dahulu mesti senantiasa wajib mengahadap kepada Allah lima waktu sehari semalam (melalui sholat), inilah sebabnya sholat disebut sebagai mi’rajnya orang yang mukmin, sesuai dengan janji Allah bahwa Sholat itu (sholat yang khusuk) dapat memberikan kemenangan  (duina dan akhirat), karena ia mampu mencegah perbuatan yang keji dan munkar.
Dalam rangka upaya menunaikan sholat yang khusuk jelas pula tergambar dalam sistematika adzan bahwa sebelum perintah sholat, terlebih dahulu diawali dengan mengimani  sekaligus harus didapatkan yaitu unsur Muhammad (rohani Muhammad) sebagai rasulullah (kekasih Allah) yang lebih dahulu diciptakan-Nya sebelum Adam diciptakan. Setelah itu kalimah tauhid (ALLAH) ini dipatrikan di dalam hati sanubari (rohani/qolbu), yang berintikan pengakuan terhadap keagungan dan keesaan Allah. Kejayaan tersebut akan lebih mudah dan cepat tercapai bila ummat senantiasa bersatu padu, bergotong royong, saling ingat mengingatkan dan berlomba-lomba dalam kebaikan.  Akan tetapi suasana/keadaan ini hanya dapat terwujut bila didasari oleh persamaan aqidah tauhid keIslaman (Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah), bukan atas dasar kepentingan duniawi yang hanya sesaat.
Selanjutnya kita lihat kalimat pembuka dan penutup adzan yang berintikan kebesaran dan keesaan ALLAH, memberikan pengertian bahwa untuk dapat mengagapai kejayaan itu ummat muslim haruslah senantiasa ISTIQOMAH dalam mengagungkan kalimah ALLAH, yaitu dari awal hingga akhir hidupnya (kiamat), karena dengan senantiasa mengikut sertakan  kalimah Allah dengan unsur Muhammad di dalam rohani/qolbu kita, berarti bahwa kita senantiasa bersama dengan–Nya. Bila kita senantiasa bersama dengan–Nya berarti kita pun senantiasa dalam lindungan-Nya, sekaligus mendapatkan rahmat dan barrokah-Nya. Amin

Kekuatan dasar organisasi berada di individu anggotanya, begitu pula dengan ummat, karena itu langkah paling mendasar untuk membagun kejayaan ummat adalah dengan membangun kwalitas inidvidu yang dapat memenuhi tuntutan bagan di atas.


BAGAIMANA ?


 







Bila di dinyatakan individu sebagai kunci, maka apa yang mesti dibina pada sosok individu ?

Firman Allah:
Artinya:
          Sesungguhnya bagimu sudah ada pada diri rasulullah ikutan yang baik (pemimpin diri jasmani dan rohani), yaitu bagi orang-orang yang mengharap (ridho) Allah dan hari kemudian, dan bagi orang yang banyak mengingat Allah (dzikir) (Qs.Al-Ahzab, ayat 21).

v  Tidaklah diutus nabi Muhammad itu, melainkan untuk membenahi akhlak.
v  Senjata/nuklir yang berbahaya bisa jadi bermanpaat bila berada ditangan orang yang berakhlak.
v  Hukum dan manajemen yang lemah bisa menjadi kuat bila dikuasai oleh orang yang berakhlak.

Konklusi :
          Akhlak adalah pondasi dasar yang mesti dibangun di dalam tiap individu kader, karena itu akhlak harus jadi target utama dalam setiap aktivitas.

Firman Allah:
Artinya:
          Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami (tanda-tanda kekuasaan kami) di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alqur’an itu adalah benar. Dan apakah tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya ia menyaksikan segala sesuatu (Qs. Fushshilat, ayat 53).
         
v  Muhammad awalnya tidak tahu apa-apa, lalu ia dibimbing oleh malaikat Jibril yang langsung ditugaskan oleh Allah SWT
v  Bayi awalnya pun tidak tahu apa-apa, lalu dididik dan dibimbinng dalam lingkungan keluarga dan masyarakat
v  Latihan dan pengalaman syarat utama keberhasilan yang baik

Konklusi :
          Pembinaan dan pembimbingan mutlak dilakukan untuk membangun individu yang berakhlak mulia,  pembinaan bisa secara langsung bertatap muka (fis to fis) ataupun melalui buku-buku (reading books).

Sabda Rasulullah SAW:
Artinya:
          Islam adalah sangat tinggi dan tidak ada yang melebihinya (HR. Bukhari)
          Islam adalah Ilmiah dan amaliah (HR. Bukhari)

v  Selagi kita masih hidup, kita harus mematuhi hukum agama, dan hukum masyarakat
v  Konsepsi pendidikan yang diajarkan nabi adalah dari ayunan hingga akhir hayat, atau dikenal dengan istilah long life education.
v  Batu bisa bisa berlubang bila dijatuhi tetesan air hujan terus menerus
v  Besi yang berkarat, hitam, dan tebal bisa menjadi parang yang tajam bila diasah secara terus menerus(kontinyu).

Konklusi :
          Semua aktivitas/pembinaan mestilah dilakukan dengan istiqomah/terus menerus/berkelanjutan dengan melalui beberapa tahapan sebagai bagian dari proses, sesuai dengan tingkatannya masing-masing.

Firman Allah:
Artinya:
          Dan banyak sekali ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran Allah/kekuasaan Allah yang dituliskan-Nya) di langit dan di bumi sedang mereka lalu lalang di atasnya tetapi mereka berpaling dari padanya (tidak mau merisetnya) (Qs.Yusuf, ayat 105).

v  Ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menjelaskan fakta dan memecahkan permasalahan didapat dengan penelitian yang panjang, melalui metode tertentu
v  Pengukuran jarak supaya objektif harus menggunakan satuan panjang, mengukur panas dengan satuan suhu, mengukur berat dengan satuan massa.
v  Berbicara menggunakan mulut, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata



Konklusi:
          Apapun yang dilakukan untuk dapat menghasilkan sesuata yang baik harus dilakukan dengan prosedur yang tepat, kesesuaian antara alat dan pungsi sangat menentukan kwalitas keberhasilan yang efektif.

SELANJUTNYA … ?





Text Box: PEMBINAAN AKHLAK INDIVIDU MANUSIA YANG KONTINYU,   HOW…?
 

 

 

 

 


MANUSIA

Firman ALLAH SWT:
Artinya:
          Hai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam itu secara keseluruhan (jasmani dan rohani/zahir dan bathin) (QS. Al-Baqarah, ayat 208)
          Maka setelah aku sempurnakan dia dan aku tiupkan di dalamnya sebagian ruh–Ku, rebahkanlah dirimu bersujud kepadanya (Qs. Al-Hijjir, ayat 29) (Sujud pada Ruh-Ku yang telah kutiupkan pada khalipah-Ku Adam, jadi bukan sujud pada sang Adam).

v  Secara general semua orang menyatakan bahwa manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani, kalau begitu adanya bagaimanakah korelasi hubungan antara kedua penyusun individu manusia tersebut ?

Atas dasar teori general kedokteran menyatakan bahwa, manusia dalam mengendalikan aktivitas fisik tubuhnya (panca indera) adalah dengan urat syaraf, pusat pengendalian syaraf berada di otak, kemudian muncullah beberapa pertanyaan:
Apakah perbedaan mendasar antara orang yang hidup dalam keadaan sadar dengan orang yang sedang pingsan, dan atau orang yang meninggal dikaitkan dengan dua faktor penyusun individu manusia (jasmani dan rohani) ?

Firman Allah:
Artinya:
          Hai nafsu (jiwa) yang tenang (suci), kembalilah kamu kepada tuhan-mu, degan (hati) ridha dan diridah-I (Tuhan), maka masuklah kamu dalam golongan hamba-hamba-ku. Masuklah kamu ke dalam syorga-ku (Qs. Al-Fajr, ayat 27-30).
          Beruntunglah orang yang suci hatinya (disucikan oleh DZIKIRULLAH)
(Qs. Al-A’laa, ayat 14)
          Barang siapa buta hatinya di dunia ini niscaya buta juga di akhirat nanti, bahkan sesat jalanya lagi (Qs. Al-Hijjir, ayat 45).
         
KEMAMPUAN /
PENYUSUN
MANUSIA
SADAR
MANUSIA PINGSAN
MANUSIA  MENINGGAL
OTAK
ADA
ADA
ADA
SUSUNAN SYARAF
ADA
ADA
ADA
PANCA INDERA
ADA
ADA
ADA
BERNAFAS
ADA
ADA
TIDAK ADA
SIRKULASI DARAH
ADA
ADA
TIDAK ADA
MENDENGAR
ADA
TIDAK ADA
TIDAK ADA
MELIHAT
ADA
TIDAK ADA
TIDAK ADA
BERBICARA
ADA
TIDAK ADA
TIDAK ADA
MENCIUM BAU
ADA
TIDAK ADA
TIDAK ADA
AKTIVITAS LAINNYA
ADA
TIDAK ADA
TIDAK ADA
ROHANI
ADA
ADA
TIDAK ADA

Sabda rasulullah SAW:
Artinya:
          Sesungguhnya dalam jasad bani Adam ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, dan apabila ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah ia adalah hati (Ruh).

Firman Allah:
Artinya:
          Bukanlah buta mata-mata dikepala mereka, tetapi buta mata-mata hati di dalam dada mereka (Qs. Al-Hajj. Ayat 46).

Dari uraian secara general ilmu kedokteran bahwa pengendali manusia itu ada di otak (pusat urat syaraf),  orang yang mati ternyata struktur fisiknya tidak berbeda sama sekali dengan orang yang pingsan, dan atau yang sadar.

Kalau begitu adanya mengapa ada perbedaan kemampuan dalam menggunakan fungsi panca indera dari masing-masing kondisi individu tersebut ?
Jawabnya adalah karena adanya dimensi yang lebih tinggi yang mempengaruhi kerja otak yaitu rohani. Jadi rohani adalah unsur pengendali utama setiap aktivitas manusia, rohani memiliki korelasi yang erat dengan qolbu atau dikenal dengan istilah hati nurani.

Jasmani atau fisik senantiasa kita rawat/pelihara agar terhindar dari kejahatan dan kecelakaan supaya tetap sehat dan sejahtera. Jasmani kita beri makan, minum, dibersihkan (mandi), bahkan belajar ilmu bela diri untuk meningkatkan rasa aman , kalau begitu bagaimana dengan rohani/qolbu kita ? pernakah kita berusaha memelihara rohani kita, dan dengan apa (metode apa) pula kita membersihkannya ?

Firman Allah:
Artinya:
          Dan kami turunkan dari Alqur’an sesuatu yang menjadi penawar/obat (bagi segala macam penyakit) dan rahmat/petunjuk bagi orang-orang yang beriman.

Sabda Rassulullah SAW:
Artinya:
          Lazimkan oleh mu memakai dua macam penawar/obat (yaitu) madu dan Alqur’an  (HR. Ibnu Majah)

v  Membersihkan debu bisa dengan air, tapi membersihkan karat perlu minyak
v  Kerbau mengkonsumsi rerumputan, ular mengkonsumsi daging

Konklusi :
Rohani memiliki karakteristik atau dimensi yang berbeda dengan jasmani, jadi tentunya pemeliharaan jasmani berbeda dengan pemeliharaan rohani/qolbu.


Hadist Qudsi:
Artinya:
          Tidak dapat memuat zat-ku bumi dan langit-ku (yang membawa asma-ku dan kalimah-ku), melainkan yang dapat menerimanya adalah hati hambaku yang mukmin, suci, lunak, dan tenang  (suci) (HR. Abu Daud)

Tidak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang mungkin telah memiliki basis agama yang kelihatannya cukup kuat bila dipandang dari sisi pendidikan agama yang telah ia lewati (gelar kesarjanaannya), ataupun dipandang dari kedudukan sosial keagamannya (kyai/haji), ataupun juga dipandang dari sisi lain yang secara kasat mata duniawi berada pada lingkaran status sosial yang relatif terhormat, akan tetapi ternyata kelakuan sikap dan prilakunya masih sering (secara sadar atau tidak sadar) melakukan perbuatan yang jauh bertolak belakang dengan status sosial keagamaan yang dimilikinya, misalnya masih suka berjudi, bermain wanita, memakan harta anak yatim, berkorupsi uang rakyat kecil, menumpuk harta tanpa mau sedekah, dan macam-macam tingkah lainnya.

Dari rangkaian eksplorasi di atas memunculkan pertanyaan bahwa mengapa hal itu dapat terjadi ? Pada hal ia adalah sarjana agama yang juga telah mendapatkan gelar Haji.  

Jawabanya adalah karena dimensi rohani lebih tinggi dari pada jasmani (otak) yang berarti bahwa rohani sebagai unsur pengendali utama manusia, maka berarti selama rohani belum tersentuh oleh pembersihan/pembinaan/pembimbingan (pembersihan/pembinaan/ pembimbingan hanya sebatas otak) tentulah selama itu pula individu berada dalam kelabilan. Dalam posisi ini berarti rohani belum bersih, akibatnya kontrol utama pengendalian dari rohani pun tidak baik, sebab telah terjadi penyimpangan program pengendalian dari garis ketetapan hakikat penciptaan manusia yang sempurna sebagai hamba dari sang pencipta yang maha segala-galanya.

Secara eksakta dapat kita lihat dari perhitungan berupa :
v  Nilai positif disandingkan dengan nilai negatif maka hasilnya adalah negatif
v  Angka + bersanding dengan angka – hasilnya sama dengan –  , atau + x - = -
v  Walaupun semua kelengkapan dan peralatan kendaraan/mobil sudah baik, tetapi apabila ternyata simtim pengendaliannya atau stirnya tidak baik, maka jalannya laju kendaraan/ mobil itu pastilah tidak baik pula.

konklusi:
          Bila rohani dalam keadaan kotor (tidak baik) mengendalikan otak yang bersih (baik) maka hasilnya tetap saja kotor (tidak baik), karena rohani adalah pengendali utama individu manusia. Untuk itu kedua hal ini (pengendali dan yang dikendalikan) mestilah sama-sama positif (baik) agar hasilnya baik pula.


METODE APA ? DAN BAGAIMANA ?
CARA MEMBERSIHKAN ROHANI MANUSIA

Firman Allah:
Artinya:
          Alqur’an tidak dapat disentuh (tidak dapat dimanpaatkan, tidak dapat berjaya) kecuali bagi orang yang disucikan (zahirnya dan batinnya/jasmaninya dan rohaninya) (Qs. Al-Waqiah, ayat 79).

v  Yang paling mengetahui kelemahan dan kekuatan sebuah benda adalah yang menciptakan/membuat benda itu ada, dimuat dalam buku petunjuk pemakaian
v  Yang paling mengetahui peluang dan tantangan sebuah kegiatan adalah orang yang menjalankannya/melaksanakannya, dimuat dalam buku laporan kemajuan kegiatan
v  Yang paling mengetahui asam dan atau manisnya mangga adalah orang yang mencicipi/menikmatinya, diungkapkan secara lisan dan tertulis (buku)

Konklusi:
          Yang paling mengerti tentang manusia adalah sang penciptanya yaitu Allah SWT,  Ia memberikan petunjuk/bimbingan melalui bukunya/kitab-Nya dan rosul-Nya
yaitu ALQUR’AN dan HADIST, jadi jawaban untuk pertanyaan di atas ada pada ALQUR’AN dan HADIST, yaitu dengan BERZIKIR pada Allah, dengan terlebih dahulu menggabungkan rohani kita dengan rohani rasulullah, untuk itu perlu suatu metode.

Firman Allah:
Artinya:
          Dan bagi pria yang banyak berdzikir kepada Allah dan bagi wanita yang banyak berdzikir kepada Allah disediakan ampunan dan pahala yang besar oleh Tuhan (Qs. Al-Ahzab, ayat 35).
          Oran-orang mu’min hatinya tentram karena mengingat Allah, karena dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Qs. Ar-Ra’ad, ayat 28).
          Hai sekalian orang-orang yang mu’min . Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dan tasbilah ALLAH pagi-pagi dan petang-petang (Qs. Al-Ahzab, ayat 41-42).
          Dan ingatlah Tuhan-mu sebanyak-banyaknya dan tasbihlah diwaktu petang-petang dan pagi-pagi (Qs. Ali Imran, ayat 41).
          Barang siapa berpaling dari berdzikir (mengingat, menyebut akan ALLAH), kami turunkan kepadanya seekor syaitan yang terus menerus menjadi kawan seiring baginya (Qs,. Azzuchhruf, ayat 36).
Janganlah kalian luput dari mengingat AKU (Qs. Thaha, ayat 42).
          Wahai orang-orang yang beriman . Janganlah kamu lalai oleh harta bendamu dan anak-anakmu dari mengingat Allah, barang siapa yang berbuat demikian maka dia adalah orang yag merugi (Qs. Al-Munafiqqun, ayat 11).
          Sebutlah nama Tuhan-mu dan beribadatlah kepada-Nya dengan sepenuh hati  (Qs. Al-Muzammil, ayat 8).
          Dan sebutlah nama Tuhanmu pagi dan petang (Qs. Ad Dahr-Al Insan, ayat 125).

0 komentar:

Posting Komentar