Dalam
menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, HMI menggunakan pendekatan
sistematik dalam keseluruhan proses perkaderannya. Semua bentuk
aktifitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk
mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, sebagai upaya
memberikan kejelasan dan ketegasan sistem perkaderan yang dimaksud harus dibuat
pola dasar perkaderan HMI secara nasional. Pola dasar ini disusun dengan
memperhatikan tujuan organisasi dan arah perkaderan yang telah ditetapkan.
Selain itu juga dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan organisasi serta
tantangan dan kesempatan yang berkembang dilingkungan eksternal organisasi.
Pola dasar
ini membuat garis besar keseluruhan tahapan yang harus ditempuh oleh seorang
kader dalam proses perkaderan di HMI, yakni sejak rekrutmen kader, pembentukan
kader dan gambaran jalur-jalur pengabdian kader.
1. Pengertian Dasar
Kader
Menurut AS.
Hornby (dalam kamusnya Oxford
Advanced Learner’s Dictionary) dikatakan bahwa “ Cadre is small group of people
who are specially chosen and tarined a particular purpose “ . Jadi pengertian
kader adalah “ Sekelompok orang yang
terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi
kelompok yang lebih besar “. Hal ini dapat dijelaskan, Pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi,
mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai
dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai
adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai
alat untuk mentransformasikan
nilai-nilai ke-Islaman yang membebaskan (Leberation Force) dan memiliki
keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (Musrhad’afin). Sedangkan dari
segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan
pedoman ketentuan organisasi lainnya. Kedua,
seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak
mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan
dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang
kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang
mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus
penekanan kaderisasi adalah aspek kualitas. Keempat, seorang keder memiliki visi dan perhatian yang serius
dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan ” sosial
engineering”.
Kader HMI adalah anggota HMI
yang telah melalui proses perkaderan
sehingga memiliki ciri kader sebagaimana yang diungkapkan diatas dan
memilik integritas kepribadian yang utuh : Beriman,
Berilmu dan Beramal shaleh,
sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Perkaderan
Perkaderan adalah usaha
organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis, selaras dengan
pedoman perkaderan HMI sehingga memungkinkan seorang anggota HMI
mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader
Muslim-Intelektual-Profesional yang memiliki kualitas insan cita
2.
Rekrutmen Kader
Sebagi konsekuensi dari
organisasi kader, maka aspek kualitas kader merupakan fokus perhatian dalam
proses perkaderan HMI guna menjamin terbentuknya output yang berkualitas
sebagaimana yang disyaratkan dalam tujuan organisasi, maka selain kualitas
proses perkaderan itu sendiri, kualitas input calon kader menjadi faktor
penentu yang tidak kalah pentingnya.
Kenyataan ini mengharuskan
adanya pola-pola perencanaan dan pola rekrutmen yang lebih memprioritaskan
kepada tersedianya input calon kader yang berkualitas. Dengan demikian
rekrutmen kader merupakan upaya aktif dan terencana sebagai ikhtiar untuik
mendapatkan input calon kader yang berkualitas bagi proses perkaderan HMI dalam
mencapai tujuan organisasi.
Kriteria
Rekrutmen
Rekrutmen kader yang lebih memprioritaskan pada
pengadaan kader yang berkualitas tanpa mengabaikan aspek kuantitas,
mengharuskan adanya kriteria rekrutmen. Kriteria rekrutmen ini akan mencakup kriteria
sumber-sumber kader dan kriteria kualitas calon kader.
Kriteria Sumber-sumber Kader
Sesuai
dengan statusnya sebagai orgnisasai mahasiswa, maka yang menjadi sumber kader
HMI adalah Perguruan Tingi atau institut lainnya yang sederajat seperti apa
yang disyaratkan dalam AD/ART HMI. Guna mendapatkan input kader yang
berkualitas maka pelaksanaan rekrutnmen kader perlu diorientasika pada
Perguruan Tinggi atau lembaga pendidika sederjat yang berkulitas dengan
memperhatikan kriteria-kriteria yang berkembang di masing-masing daerah.
Kriteria Kualitas Calon Kader
Kualitas
calon kader yang diprioritaskan ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu
dengan memperhatikan integritas priadi dan calon kader, potensi dsar akademik,
potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan serta bersedia melakukan
peningkatan kualitasindividu secara terus-menerus.
Metode dan Pendekatan Rekrutmen
Metode dan
pendekatan rekrutmen merupakan cara atau pola yang ditempuh untuk melakukan
pendekatan kepada calon-calon kader agar mereka mengenal dan tertarik menjadi
kader HMI. Untuk mencpai tujuan tersebut maka pendekatan rekrutmen dilakukan
dua kelompok ssaran.
Tingkat Pra Perguruan Tinggi
Pendekatan
ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sedini mungkin keberdan HMI
ditengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat ilmiah ditingkat pra perguruan
tinggi atau siswa-siswa sekolah menengah. Strategi pendekatan haruslah
memperhatikan aspek psikologis sebagai remaja.
Tujuan
pendektan ini adalah agar terbentuknya opini awal yang positif dikalangan
siswa-siswa sekolah menengah terhadap HMI. Untuk kemiudian pada gilirannya
terbentuk pula rasa simpati dan minat untuk mengetahuinya lebih lanjut.
Pendekatan
rekrutmen dapat dilakukan dengan pendekatan aktifitas (activity approch) dimana siswa dilibatkan seluas-luasnya pada
sebuah aktifitas. Bentuk pendekatan ini bisa dilakukan lewat fungsionalisasi
lembaga-lembaga kekaryaan HMI serta perangkat organisasi HMI lainnya secara
efektif dan efisien, dapat juga dilakukan pendekatan perorangan (personal approach).
Tingkat Perguruan Tinggi
Pendekatan
rekrutmen ini dimksudkan untuk membngun persepsi yang benar dn utuh dikalangn
mahasiswa terhadp keberadn organisasi HMI sebagai mitra Pergurun Tinggi didalam
mencetak kader-kader bangsa. Strategi pendekatan harus mampu menjawab kebutuhan
nalar mahasiswa (student reasioning),
minat mahasiswa (student interest),
dan kesejahteraan mahasiswa (student
welfare).
Pendekatan
diatas dapat dilakukan lewat aktifitas dan pendekatan perorangan, dengan
konsekuensi pendekatan fungsionalisasi masing-masing aparat HMI yang
berhubungan langsung dengan bais calon kader HMI. Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk formal seperti masa perkenalan
calon anggota ((Maperca) dan pelatihan kekaryaan. Dalam kegiatan Maperca,
materi yang dpat disajikan adalah:
a. selayang
pandang tentang HMI
b. Pengantar wawasan
keislaman
c. Wawasan
perguruan tinggi
Metode
dan pendektan rekrutmen seperti tersebut diatas diharapkan akan mampu membangun
rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan seluruh
potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses perkaderan HMI secara terus
menerus.
3. Pembentukan Kader
Pembentuka kader merupakan
sekumpulan aktifitas perkaderan yang integrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI.
Latihan Kader
Latihan
kader merupakan perkaderan HMI yang dilakukan secara sadar, terencana,
sistematis, dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku
secara rasional dalam rangka mencapai tujuan HMI. Latihan ini berfungsi
memberikan kemampuan tertentu kepada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan
target pada masing-masing jenjang latihan. Latihan kader merupakan media
perkaderan formal HMI yang dilaksanakan secara berjenjang serta menuntut
persyaratan tertentu kepada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan target
padamasing-masing jenjang latihan. Latihan kader merupakan media perkaderan
frmal HMI yang dilaksanakan secara berjenjang serta menuntut persyaratan
tertentu dari pesertnya. Pada masing-masing jenjang latihan ini menitikberatkan
padpembentukan watak dan karakter kader HMI melalui transfer nilai, wawasan, da
ketermpilan serta pemberin rangsangan dan motivasi untuk mengaktualisasikan
kemampuannya. Latihan Kader
terdiri atas tiga jenjang , yaitu:
- Basic Training (Latihan Kader I)
- Intermediate Training (Latihan Kader II)
- Advance traaining (Latihan Kader III)
Pengembangan
Pengembangan
merupkan lnjutan atau kelengkapan latihan dalam keseluruhan proses perkaderan
HMI. Hal ini merupakan penjabaran dari pasal 5 Anggaran Dasar HMI.
Up Grading
Up Grading
dimaksudkan sebagai mediaperkaderan HMI yang menitikberatkan pada pengembangan
nalar, minat, dan kemampuan peserta pada bidang tertentu yang bersifat praktis,
sebagai kelanjutan dari perkaderan yang dikembangkan melalui latihan kader.
Pelatihan
Pelatihan
adalah training jangka pendek yang bertujuan membentuk dan mengembangkan
profesionalisme kader sesuai dengan latr belakang disiplin ilmunya
masing-masing.
Aktifitas
a. Aktifitas organisasional
Aktifitas
orgnisasional merupakan suatu aktifitas yang bersifat organisasi
yang dilakukan oleh kader dalam lingkup
organisasi.
1.
Intern orgnisasi yaitu segala aktifitas organisasi yang
dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas HMI.
2.
Ekstern organisasi yaitu segla aktifitas organisasi yang
dilakukan oleh kader dalm lingkup tugas organisasi diluar HMI
b. Aktifitas Kelompok
Aktifitas kelompok merupakan aktifitas
yang dilakukan oleh kader dalam
suatu kelompok yang tidak memiliki
hubungan struktur dengan
organisasi formal, yaitu:
1. Intern
organisasi, yaitu segala aktifitas kelompok yang dilakukan oleh kader HMI dalam
lingkup organisasi HMI yang tidak memiliki hubungan struktur (bersifat
informal).
2. Eksternal
organisasi, yaitu segala aktifitas kelompok yang dilakukan oleh kader diluar
lingkup organisasi dan tidak memiliki hubungan dengan organisasi formal
manapun.
c. Aktifitas perorangan
Aktifits
perrangan merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan.
1. Intern organisasi, yaitu
segala aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan untuk menyahuti
tugas dan kegiatan organisasi HMI.
2. Ekstern organisasi, yaitu
segala aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan diluar tuntutan
tugas dan kegitan organisasi HMI.
Pengabdian Kader
Dalam
rangka meningkatkan upaya mewujudkan masyarakat cita HMI yaitu masyrakat adil
makmur yang diridhai llah SWT, maka diperlukan peningkatan kualitas dan
kuantitas pengabdian kader. Pengabdian kder ini merupakan penjabaran dari
peranan HMI sebagai organisasi perjuangan. Dan oleh karena itu seluruh
bentuk-bentuk pembangunan yang dilakukan merupakan jalur pengabdian kader HMI, maka
jalur pengabdiannya adalah sebagai berikut:
a. Jalur akademis
(pendidikan, penelitian, dan pengembangan)
b. Jalur dunia profesi
(dokter, konsultan, pengcara, pengacara, manager, jurnalis, dn lain-lain)
c. Jalur birokrasi
dan pemerintahan
d. Jalur dunia
usaha (koperasi, BUMN, dan swasta)
e. Jalur sosial
politik
f. Jalur
TNI/Kepolisian
g. Jalur ssial
kemasyarakatan
h. Jalur LSM/LPSM
i.
Jlur kepemudaan
j.
Jalur olahraga dan seni budaya
k. Jalur-jalur
lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader-kader HMI
Arah Perkaderan
Arah dalam pengertian umum
adalah petunjuk yang membimbing jalan dalam bentuk bergerak menuju kesuatu
tujuan. Arah juga dapat diartikan sebagai pedoman yang dapat dijadikan patokan
dalam melakukan usaha yang sistematis untuk mencapai tujuan.
Jadi, arah perkaderan adalah
suatu pedoman yang dijadikan petunjuk untuk penuntun yang menggambarkan arah
yang harus dituju dalam keseluruhan proses perkaderan HMI. Arah perkaderan
sangat erat kaitannya dengan tujuan perkaderan, adan tujuan HMI sebagai tujuan
umum yang hendak dicapai HMI merupakan garis arah dan titik sentral seluruh
kegiatan dan usaha-usaha HMI. Oleh karena itu, tujuan HMI merupakan titik
sentral dan garis arah setiap perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma
dari semua kegiatan HMI.
Maksud dan
Tujuan
Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar
dan sistematis sebagai alat transformasi nilai keislaman dalam proses rekayasa
peradaban melalui pembentukan kader berkualitas muslim-intelektual-profesional
sehingga berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan pedoman perkaderan HMI.
Target
Terciptanya kader
muslim-intelektual-profesional yang berakhlakul karimah serta mampu mengemban
amanah Allah sebagai khalifah fil ardhi dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
Wujud Profil Kader HMI di Masa
Depan
Bertolak dari landasan-landasan, pola dasar, dan arah perkaderan HMI, maka
aktifitas perkaderan HMI diarahkan dalam rangka membentuk kader HMI
muslim-intelektual-profesional yang dalam aktualisasi peranannya berusaha
mentransformasikan nilai-nilai keislaman yang memiliki kekuatan pembebasan (liberation
force) dan memiliki keberpihakan terhadap kaum tertindas (mustadh'afin).
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha
pelaksanaan kaderisasi tersebut ditujukan pada:
- Pembentukan integritas watak dan kepribadian, yakni kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari tanggung jawab kekhalifahannya dimuka bumi, sehingga citra akhlakul karimah senantiasa tercermin dalam pola pikir, sikap, dan perbuatannya.
- Pengembangan kualitas intelektual, yakni segala usaha pembinaan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
- Pengembangan kemampuan profesional, yakni segala usaha pembinaan yang mengarah kepada peningkatan kemampuan mentransformasikan ilmu pengetahuan kedalam perbuatan nyata sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya secara konsepsional, sistematis dan praksis untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal sebagai pewujudan amal shaleh.
Usaha mewujudkan ketiga aspek harus terintegrasi
secara utuh sehingga kader HMI benar-benar lahir menjadi pribadi dan kader
Muslim-Intelektual-Profesional, yang mampu menjawab tuntutan perwujudan
masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
KADER, HMI DAN PERJUANGAN
HAKIKAT KADER
Sebagai
seorang anggota HMI, kita menyandang atribut seorang mahasiswa muslim yang
lebih maju taraf berpikirnya dari mahasiswa kebanyakan yang non HMI. Kita
mempunyai pikiran, perasaan, metode hingga cita-cita luhur yang khas. Semua
pikiran, perasaan dan cita-cita kita merupakan intisari pergerakan HMI dalam
mewujudkan misinya ; merealisasikan nilai-nilai Islam di Indonesia. Setiap
mahasiswa muslim yang memasuki HMI sudah dibekali dengan seperangkat pengetahuan tentang bagaimana ia memajukan agama dan
bangsanya. Tetapi diantara kita, masing-masing masih mewarisi pikiran,
perasaan, sikap-sikap dan kebiasaan dari masyarakat yang belum bangkit taraf
pemikirannya, sehingga diantara kita masih ada yang tidak mengetahui keberadaan
dan fungsinya sebagai anggota HMI.. hal ini diakibatkan karena kita hidup dalam
masyarakat yang terjepit dan dihisap oleh kapitalisme. Sampai hari ini, kita
masih dipengaruhi oleh gagasan bobrok dari masyarakat ini. Oleh karena itu,
wajib kirannya seorang anggota HMI merubah dirinya dengan sungguh-sungguh
menjadi seorang kader HMI.
Proses mengubah diri kita sendiri dengan sungguh-sungguh dan penuh
kesadaran serta pengorbanan, kita melawan ide-ide, sikap-sikap, emosi dan
kebiasaan –kebiasaan kita yang tidak sejalan dengan perjuangan misi HMI. Kita
sedang membentuk watak dan karakter kader HMI ditengah beratnya penuh
perjuangan meninggalkan segala apa yang telah menjadi tradisi kita, yaitu musuh
kta sendiri serta musuh-musuh yang siap memadamkan cahaya Islam. Betapa
beratnya, kita melawan diri kita sendiri dengan penuh kesadaran,bahwa
sikap-sikap dan kebiasaan kita terdahulu adalah pengahalang sekaligus ancaman
bagi perjuangan HMI. Ketika kita teguh,
konsisten dan semakin kuat hasrat memperbaiki diri, semakin tertempalah kita
sebagai seorang kader. Mengubah diri pribadi tidak cukup terhenti dalam
beberapa jam atau hari saja. Ia memerlukan perjuangan yang panjang dan butuh
pengorbanan yang besar. Kita harus terus-menerus menghilangkan pengaruh ide-ide
yang melingkupi masyarakat yang sedang bobrok yang masih membekas dalam sikap
dan tingkah laku kita. Hanya dengan cara demikianlah kita dapat mengemban dan
menjalankan misi mulia HMI dengan lebih baik disertai dengan keteguhan hati
yang membaja dalam meyalakan api perjuangan menghancurkan musuh-musuh bangsa
Indonesia sampai menuju kebangkitan Islam.
Watak-watak dasar seorang kader HMI, yakni:
Ø Kita mengubah diri kita
untuk memperkuat keyakinan dan tanpa rasa takut menghadapi pengorbanan dan kematian
demi kebenaran Islam.
Ø Bersungguh-sungguh,
hati-hati dan bergairah dalam perjuangan membangkitkan umat Islam dan bangsa
Indonesia.
Ø Bersatu dan hangat dalam
semangat ukhuwah Islamiyah dengan sesama organisasi Islam lainnya.
Ø Toleransi dan bersikap santun
penuh pengertian terhadap individu atau organisasi yang tidak sejalan dengan
prinsip- prinsip perjuangan.
Ø Berani menerima kritik
dan bersedia memperbaiki kesalahan dan kelemahan
Sedangkan ciri-ciri pokok
seorang kader adalah :
Ø Pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi,
mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai
dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai
adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai
alat untuk mentransformasikan
nilai-nilai ke-Islaman yang membebaskan (Liberation Force) dan memiliki
keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (Musthad’afin). Sedangkan dari
segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan
pedoman ketentuan organisasi lainnya.
Ø Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus
(permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah
(konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran.
Ø Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang
punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang
lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah aspek kualitas.
Ø Keempat, seorang keder memiliki visi dan perhatian yang serius
dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan ” sosial
engineering”.
SIKAP SEORANG KADER TERHADAP HMI
Setelah kita berusaha merubah diri kita agar menjadi
kader HMI secara individu, maka fase perjuangan selanjutnya adalah bagaimana menuntaskan perjuangan
membangkitkan umat Islam dan bangsa Indonesia melalui sebuah alat perjuangan,
yaitu HMI.
HMI sebagai
organisasi kader yang kohesif –saling terkait-secara ketat, yang terdiri dari
kader-kader. Melakukan pembinaan secara sistematis, terus menerus dan masif
demi mewujudkan tujuan/cita ideologi Islam yang
yang diturunkan menjadi kualitas insan cita serta mendistribusikan
kader-kader dipelbagai medan perjuangan seperti ; pendidikan, kebudayaan,
social politik, BEM Universitas, organisasi masyarakat, keprofesian, dll. HMI
sebagai organisasi kader mencetak organisatoris ulung yang mampu menarik massa
secara luas dan memimpin mereka dengan moral dan intelectual dan kemudian
melibatkan mereka secara langsung dalam perjuangan mewujudkan kebangkitan Islam
dan bangsa Indonesia. Sebagai organisasi kader dan perjuangan, HMI
mengamanahkan kepada para kader untuk mengemban misi tranformasi dan pembebasan
umat Islam dan bangsa Indonesia
Seorang kader memandang dan menghargai tugas-tugas dan tanggung jawabnya
secara penuh dalam perjuangan organisasi. Seorang kader harus menyadari bahwa
tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab sebagai kader merupakan bagian
dari tugas besar nan mulia (Jihad) membebaskan umat Islam dan bangsa Indonesia
dari belenggu penghisapan dan penindasan. Amanah organisasi merupakan merupakan
panggilan perjuangan dan penuh keikhlasan dengan sekuat tenaga untuk
melaksanakannya. Melaksanakan amanah organisasi dengan penuh tanggung jawab
berarti pengabdian kepada Allah SWT.
Seorang kader akan selalu siap sedia, bergelora semangatnya dan
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas organisasi. Ia selalu tegar dan
semakin menaik semangatnya dalam melaksanakan tugas. Seorang kader selalu
berinisiatif penuh suka cita dan bertanggung jawab dalam memajukan organisasi
dalam rangka perjuangan membebaskan bangsanya dari belenggu imperialisme sampai
menuju kebangkitan Islam.
Dengan penuh kesadaran, seorang kader memandang ketika ia berinisiatif
memajukan HMI berarti disaat yang sama ia menyumbangkan tenaga dan buah
pikirannya demi kemajuan umat Islam dan bangsanya. Sebaliknya, apabila ia tidak
mengambil inisiatif, pasif bahkan tidak peduli akan perjuangan HMI berarti saat
itulah ia membiarkan umat Islam dan bangsanya meluncur menuju kemerosotan.
Seorang kader HMI adalah manusia-manusia pelopor dalam perjuangan
organisasi. Kader HMI selalu baerpikir jauh maju kedepan, karena baginya
kesungguh-sungguhan dia dalam menjalankan amanah organisasi merupakan sumbangan
bagi masa depan agama dan bangsanya. Semangat militannya terus berkobar, tidak
merasa lemah dan pasrah dalam menghadapi penderitaan dalam perjuangan
organisasi. Inisiatifnya selalu muncul ketika dalam situasi yang memungkinkan
perjuangan organisasi menjadi terhambat. Ide-ide segar selalu kreatif ketika
perjuangan organisasi membutuhkannya dalam rangka mencapai kemenangan dalam
perjuangan. Tenaganya selau siap sebagai pengawal perjuangan organisasi ketika
menhadapi tantangan yang hebat dari musuh-musuh yang siap melumpuhkan gerak
kebangkitan umat dan bangsa.. seorang kader selalu siap memenuhi tugas-tugas
dan tanggung jawab. Ia siap menerima tugas organisasi berikan padanya tanpa
menghitung ongkos dan beban atau kesulitan-kesulitan dan
pengorbanan-pengorbanan yang harus dia lalui. Seorang kader tidak
membeda-bedakan tugas berdasarkan berat atau ringannya tugas atau hanya
menerima tugas yang hanya disenanginya saja dan ketika menjalankan tugas
organisasi, , ia tidak menharapkan pujian dari seorangpun.
PENDIDIKAN KADER
Perjuangan dalam membangkitkan umat dan bangsa, tidaklah terjadi secara
ceroboh, asal-asalan, tidak teratur dan tergesa-gesa yang hanya mengandalkan
luapan emosi atau bergerak secara bias melenceng dari garis perjuangan. Setiap
perjuangan yang berhasil selalu rapi, terkonsep, tidak asal-asalan serta
sistemik. Oleh karena itu, pembinaan
kader—pengkaderan—sangat penting dalam perjuangan oleh kader-kader pejuang yang
sesadar-sadarnya.. Setiap kegiatan atau aksi organisasi yang dilakukan tanpa panduan tidak akan
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam perjuangan membebaskan bangsa dari
penghisapan dan penindasan.. Pengkaderan, memberikan kemampuan kader untuk
menganalisa secara ilmiah mengenai syarat-syarat perubahan masyarakat kearah
yang lebih baik. Pengkaderan memberi semangat kepada kader apa yang seharusnya
ia lakukan., merumuskan rencana-rencana serta menetapkan metode dalam mencapai
cita-cita perjuangan.
Arah dan orientasi perkaderan kita adalah membangun sikap kritis, yaitu
sebuah pendidikan yang membuat seorang kader berani membicarakan
masalah-masalah dalam masyarakat dan turun langsung ke lingkungannya.
Kekritisan kader yaitu, sebuah kemampuan kader untuk memberi tahu dan
memperingatkan lingkungannya dari bahaya-bahaya zamannya, kebobrokan sistem
yang mengelilingi sahabat dan masyarakatnya dan mampu menawarkan solusi dari
permasalahan tersebut serta memberikan kekuatan bagi kader untuk menghadapi
bahaya akibat konsekuensi perjuangannya, bukan perkaderan yang menjadikan akal
seorang kader menyerah pada kondisi kebobrokan masyarakatnya.
Perkaderan berfungsi menyebarluaskan nilai-nilai Islam. Perkaderan
menyadarkan semua pihak bahwa perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam adalah
komitmen bersama. Karenanya perkaderan dalam HMI harus mengarah pada
tranformasi nilai-nilai Islam dan pembebasan masyarakat berdasarkan nilai-nilai
tersebut.
Pendidikan kader mempunyai peran yang sangat penting bagi perjuangan. Ia
tidak saja memberikan jalan perjuangan menuju kebangkitan umat dan bangsa yang
benar, tetapi juga menciptakan panduan bagi pola pikir, pola sikap serta
perasaan dalam kehidupan kader seharí-hari. Dengan perkaderan yang sistemik,
seorang kader dapat mengamati ide-ide dusta yang ditiupkan penguasa dan dari
oknum-oknum yang ingin menyasarkan garis perjuangan organisasi. Perkaderan bagi
seorang kader dapat diwujudkan melaui turut serta dalam diskusi-diskusi,
membaca buku dan publikasi lainnya serta melalui analisa.
MENGAPA PERKADERAN SANGAT PENTING
Perkaderan menjadi sangat penting bagi perjuangan organisasi karena ia
mengajarkan analisa yang benar mengenai kondisi masyarakat Indonesia dan
akar-akar masalah dari masyarakat dan jalan pemecahannya. Dengan jalan
mempelajari Islam secara mendalam serta wawasan pengetahuan yang mendukung,
akan mengobarkan semangat kader melawan imperialisme yang menghisap dan
menindas masyarakat.. menyatukan pikiran dan gerak dalam satu perjuangan yang
rapi demi mereka yang tertindas.
Perkaderan memberikan pengetahuan yang utuh dan sistematis mengenai cara
pandang kita terhadap permasalahan-permasalahan masyarakat. Semua pengetahuan
kita tentang apa, bagaimana dan untuk siapa kita berjuang akan membentuk sebuah
ideologi. Pengajaran tentang ideologi Islam dalam setiap perkaderan kita akan
memberikan pemahaman yang benar bagi kader
tentang bagaimana ia berjuang mewujudkan nilai-nilai Islam sebagai jalan
pemecahan bagi permasalahan-permasalahan masyarakat.
Perkaderan
berbasis nilai-nilai (ideologi) Islam merupakan keharusan serta proses yang
terus menerus bagi seorang kader. Tantangan perjuangan akan semakin menaikkan
semangat dan menjadikan kita antusias dalam mempelajari prinsip-prinsip Islam
dalam perubahan masyarakat.. Mempelajari masalah-masalah masyarakat serta
mengaanalisa akar permasalahan tersebut akan menemukan jawaban dengan cara
mengkomparasikan dengan nilai-nilai Islam. Hasil dari analisa tersebut akan
membimbing kita dalam menganalisa dan memecahkan masalah-masalah yang bakal
kita hadapi dalam perjuangan. Pengetahuan
tentang isu umat yang tertindas didalam
kita akan menetapkan garis perjuangan terhadap berbagai isu ekonomi, politik
serta situasi masyarakat akan menempatkan kita dalam pelbagai sector
perjuangan.
SIKAP SEORANG KADER DALAM PENDERITAAN
Sejarah telah membuktikan bahwa setiap perjuangan
dalam membebaskan masyarakat kearah yang lebih baik akan selalu menghadapi
tantangan yang terjal, seperti penolakan, pendustaan dan penganiayaan.. Bisa
jadi masyarakat yang belum tercerahkan atau alam pikirannya masih dipengaruhi
oleh pikiran-pikiran yang bobrok akan mendustakan, mencibir bahkan menuduh kita
sebagai pengacau yang hina. Itulah perkataan yang akan kita tarima bagi para
kader pengemban misi. Oleh karena itu wajib bagi kader untuk membangkitkan umat
dan bangsanya, mengangkat martabatnya dan mengubah apa-apa yang terdapat dalam jiwa-jiwa masyarakat yang
secara tidak sadar mengikuti kemauan kelas penguasa dan penindas.
Aktivitas untuk mewujudkan
kebangkitan itu dalam realitas kehidupan harus disertakan dengan kesungguhan
dan kerja keras serta kesanggupan menghadapi ujian dan cobaan. Kesiapan jiwa,
rasa tanggung jawab dan kepemimpinan atas umat merupakan konsekuensi bagi
kader. Kewajiban kader yang dituntut pertanggung jawaban dari setiap kader
adalah pertanggungjawaban atas masa depan HMI dan satu miliar lebih umat Islam
. selain itu kewajiban penting yang dituntut pertanggungjawabannya adalah
mengenai ilmu/pengetahuan yang ia dapat. Apakah ilmu yang ia dapat hanya untuk
konsumsi pribadi atau ia berikan untuk kemaslahatan umat dan bangsanya.
Seorang kader faham secara
sadar bahwa akan selalu ada penderitaan, pengorbanan dan kematian membangkitkan
umat dan bangsanya. Hal ini merupakan yang sangat alami, karena menegakan
kebenaran akan selalu mendapat perlawanan dari pihak-pihak yang menghisap dan
menindas. Seorang kader tidak boleh gentar menerima celaan dari orang yang suka
mencela dalam perjuangan, tidak tunduk kepada penguasa, tidak pula menjilat
kepada para penguasa serta tidak berdiam diri terhadap kemungkaran .
Keberanian dan kesabaran
seorang kader dalam menghadapi masyarakat maupun para penguasa yang menindas.
Masyarakat akan menampakkan sikap permusuhan dan perlawanan terhadap setiap
pemikiran baru yang hendak mengubah gaya hidup, membersihkan sisa-sisa
feodalisme dan kapitalis birokrat yang telah terbentuk dan menjadi tradisi yang
telah dijalankan . keberanian dan kesabaran diperlukan untuk
melindungi kepentingan umat dan perubahan. Ia diperlukan untuk membebaskan umat
dan bangsa dari penghisapan dan penindasan dan mendirikan masyarakat yang
berlandaskan nilai-nilai Islam.
Seorang kader siap menderita dan berkorban, dan bahkan mati demi
perjuangan. Penderitaan seorang kader adalah pantas karena ini demi kemenangan
umat dan bangsa menuju kebangkitan Islam. Ia mengetahui bahwa segera kita
menyaksikan fajar kemenangan yang telah lama kita tunggu. Ditengah-tengah bahaya dan penindasan,
kesiapan untuk berkorban dan mati akan memberikan keteguhan dan keberanian
kepada seorang kader untuk memelihara dan berjuang untuk kepentingan umat,
bangsa dan kebangkitan Islam..
0 komentar:
Posting Komentar